Senin, 30 Agustus 2010

Beban Berat di Pundak

0 komentar
Seberapa lebar ukuran pundak ini ya? kecil, kira-kita sekitar 25 senti em. Namun tak sebanding dengan barang yang ku bawa setiap harinya, yang beratnya sekitar 5 kilo gram dibalut tas ransel polo classic pembelian kakak, yang membuat pundak semakin kecil ala demy more yang berotot, tapi sayangnya punya ku tak berotot, he.

Tak salah, ketika acara berkumpul keluarga, predikatku selalu gonta-ganti oleh para kakak-kakaku di rumah, si krempeng lah, kastok begantunglah, kura-kura ninjalah, intelejen siap geraklah, dan masih banyak predikat-predikat lainnya yang semuanya itu membuat ku terbahak-bahak sambil mengeluarkan suara huahahahaha, dan ku katakan 'Alhamdulillah, biarpun begitu otak ku jenius, penelitianku diakui oleh guru besar ekonomi islam di kampusku dan menjadi bahan acuan penelitian berikutnya bagi mahasiswa/i berikutnya pula, yang pentingkan bermanfaat..

Pernah, beberapa bulan lalu, saking beratnya pundak yang di emban, si pundak jauh sakit selama satu minggu, tak bisa mengangkat tas ransel tersebut beserta isinya, dan dengan terpaksa ransel dititipkan ke tempat bapak-bapak repsesionis ketika pekerjaan sudah selesai dan mau pulang ke rumah..

Andai saja ku punya rezeki yang lebih, maka ku kan ganti isi yang ada di tas ransel dengan yang lebih kecil, agar kau pundak sedikit meringankan bebanmu

Selasa, 10 Agustus 2010

Awal Ramadan

0 komentar

Hari pertama Ramadan, di perjalanan A Yani Banjarmasin terlihat sepi pengendara. Biasanya, sekitar jam 7 pagi, sudah banyak yang beredar, namun, hari ini, sudah jam 8 lewat, masih sedikit pengedara yang lalu-lalang melintasi jalan. Sama halnya dengan pasar. Pusat perekonomian ini juga terlihat sepi pada jam 7 pagi dari keramaian para pedagang, hingga seorang pembeli harus menunggu buka toko-toko pelanggannya.


Tapi tidak hanya jalan dan pasar, koran pun datangnya hari ini juga terlambat. Bisanya datang jam 7an, hari ini malah tiba sekitar jam 9an.

"Ramadan aku tidak mau menyambutmu seperti itu, karena aku mencintamu. Marhaban ya Ramadan"

Senin, 09 Agustus 2010

Pentingnya Berinfak

0 komentar
Kalau zakat adalah ibadah wajib yang harus dilaksanakan setiap muslim dengan sebahagian harta tertentu untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya dari kadar tertentu, harta tertentu dan lafaz zakat juga digunakan terhadap bahagian tertentu yang dikeluarkan dari harta orang yang wajib mengeluarkan zakat. Sedangkan infak ialah mendermakan atau menafkahkan sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas dan karena Allah semata. Pengeluaran infakpun merupakan bukti ketakwaan seorang muslim, sebagaimana terdapat dalam surat Al Baqarah ayat 2-3.

Pengeluaran zakat sama pentingnya dengan infak, artinya jika seseorang belum sampai nisab membayar zakat, maka ia diharuskan membayar infak, yang membedakan adalah zakat merupakan derma yang telah ditetapkan jenis, jumlah dan waktu suatu kekayaan yang wajib diserahkan dan pendayagunaannya pun telah ditentukan pula yaitu dari umat Islam untuk umat Islam. Sedangkan infak adalah lebih luas dan umum. Tidak ditentukan jenis, jumlah dan waktunya suatu kekayaan harus didermakan. Allah SWT., memberikan kebebasan kepada pemiliknya untuk menentukan jenis harta, berapa jumlahnya dan kapan harus diserahkan, yang penting ikhlas dan lillahi ta'ala.

Keduanya merupakan salah satu dari instrumen ekonomi Islam untuk mengentaskan kemiskinan. Kalau zakat memberikan manfaat dapat membersihkan harta dari sifat kikir, membebaskan jiwa manusia dari ketergantungan dan ketundukan terhadap harta benda serta dari kecelakaan menyembah uang sehingga memberkahkan harta terserbut, sedangkan infak sebagai pendidik agar si muslim mempunyai rasa ingin memberi dan menyerahkan.

Program pemerintah Banjarmasin yang bekerjasama dengan BAZ Kota Banjarmasin yakni dengan pemberikan infak Rp 1000 rupiah sejak april 2010 lalu, hingga saat ini belum terlaksana secara maksimal. Bahkan dari berbagai media cetak daerah memberitakan, dari 500 kupon yang disediakan, baru 5,2 persen yang bersedia memberikan infaknya, artinya dari sekitar 500 ribu kupon yang disediakan hanya 259.122 kupon yang laku. Hal itu menandakan bahwa kesadaran masyarakat akan berinfak masih rendah atau sosialisasinya yang masih kurang.

Padahal Rasulullah SAW., bersabda dalam hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, ada malaikat yang senantiasa berdo’a setiap pagi dan sore, “Ya Allah SWT berilah orang yang berinfak, gantinya. Dan berkata yang lain, “Ya Allah jadikanlah orang yang menahan infak, kehancuran”.

Andai saja kita sadar akan berinfak, mungkin Kalsel bukan lagi peringkat ketiga yang penduduk miskinnya terendah setelah DKI Jakarta dan Bali, sebagaimana yang dikatakan oleh gubernur kita bahwa Kalsel merupakan peringkat ketiga penduduk miskinnya terendah beberapa waktu lalu. Andai saja kita memiliki rasa solidaritas tinggi, bahwa masih banyak orang-orang yang memerlukan uluran tangan ini berupa infak, mungkin tidak ada yang mengemis dan meminta di jalan. Andai saja kita peka terhadap anak-anak yang putus sekolah karena kurangya biaya, mungkin dengan berinfak akan menolong mereka dalam meraih cita-cita sebagai aset pembangunan bangsa..



Dimuat oleh harian Radarbanjarmasin dan Mata Banua, selasa (24/08/10) dan Kamis (26/08/10)

Kamis, 05 Agustus 2010

Our Of Liberty

0 komentar

Sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa. Dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan pri kemanusian dan pri keadilan” (Pembukaan UUD1945)

Sejarah menyebutkan Indonesia telah 66 tahun merdeka. Merdeka dari fasisme jepang, yang sebelumnya dijajah bangsa Portugis, dan Belanda selama 3,5 abad. Meski Indonesia secara de facto dan de jure merdeka. Namun, sadar atau tidak kita masih ter jajah oleh bangsa lain, meski tak terasa, tapi terbukti. 

Dari milis yang saya ikuti dari tahun 2009 mengatakan, Indonesia adalah negara terkaya di planet bumi ini mengalahkan China, Amerika bahkan timur tengah. 

Indonesia memiliki pertambangan emas terbesar dengan kualitas emas terbaik di dunia, PT Freeport nama pertambangannya yang tepat berada di Irianjaya.

Konon, pertambangan ini mulai buka hingga sekarang telah menghasilkan 7,3 juta ton tembaga dan 724,7 juta ton emas. Jika kita menuangkan jumlah tersebut dengan harga per gram emas sekarang maka, Rp 500.000 (harga emas murni di bulan ramadhan di tahun 1432 H), di kali Rp724.700.000.000 ton emas/ Rp724.700.000.000.000 gram dikali Rp 500.000 sama dengan 362.350.000.000.000.000.000,- gimana cara membacanya  ya? Belum lagi tembaga serta bahan mineral lainnya. Wah, kaya betul nih indonesia, tapi kenapa rakyatnya banyak yang miskin??  Mengapa rakyat banyak yang jadi TKW? dan Mengapa negara ini masih banyak memiliki utang di luar negeri?

Contoh diatas adalah salah satu dari sekian banyak contoh eksploitasi di indonesia. Dan sekarang kita mesti merenungkan bersama... 

Rabu, 04 Agustus 2010

Zaman Memandang Moral

0 komentar
Sering kita mendengar orang menyebutkan bahwa begitu banyak kejahatan itu dilakukan tanpa moral, pemerkosaan, penjualan anak, pencurian, bahkan pembunuhan, semuanya tanpa moral. Berbicara masalah moral, kita akan teringat dengan teman dekatnya yakni etika. Moral dan etika memang tak pernah dipisahkan. Seperti dua sisi mata uang.

Burhanuddin Salam dalam bukunya yang berjudul Etika Individual, telah menuliskan bahwa moral erat kaitannya dengan kesusilaan yang memuat ajaran tentang baik buruknya perbuatan dan kelakuan, sedangkan Etika adalah ilmu pengetahuan asas-asas moral. Disamping itu moral mempunyai hubungan langsung dengan bagaimana manusia harus berbuat dalam hidupnya sehari-harinya. Oleh karena itu ilmu moral langsung berhubungan dengan pelaksanaan perbuatan-perbuatan insani. Kesadaran moral itu sifatnya individual dan ukuran kesadarannya pun tidak sama. Menjadi bermoral itu dapat dicapai dengan jalan belajar atau mempelajarinya.

Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat baginya atau telah mendarah daging, itulah yang disebut moral. Dalam agama disebut akhlak. Akhlak/budi yang tumbuh dalam jiwa, bila telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan maka dinamakan pekerti. Jadi suatu akhlak/budi pekerti, pangkal penilaiannya adalah dari dalam jiwa, mulai ia masih menjadi angan, imaji, cita, niat hati, sampai ia lahir menjadi perbuatan nyata. Itulah moral, sebuah kata, namun apabila diaplikasikan dalam kehidupan, maka akan membawa dampak yang luar biasa dahsyatnya. Bukan dahsyat karena kehancurannya, melainkan karena kebaikan yang ditimbulkan.

Di jaman sekarang, moral sudah mengalami pergeseran. Baik dari segi makna atau pandangan manusia itu sendiri, yang jelas, moral sudah mengalami perubahan.

Moral zaman sekarang sudah bisa dicocok-cocokan dengan lingkungan sekitar. Moral tidak lagi tergantung pada baik tidaknya suatu perbuatan, melainkan setuju tidaknya lingkungan terhadap perbuatan itu. Jika lingkungan setuju, maka merupakan kebaikan. Tapi sebaliknya, jika lingkungan menganggap itu buruk, meskipun sebenarnya baik, maka tetap dianggap buruk. Artinya, moral diukur dengan standar zaman/lingkungan. Namun, ketika kita melihat moral dengan standar agama, yakni berpegang dengan Al-Qur’an dan Al Hadis sebagai pedoman hidup.

Begitu pula dengan pemuda Indonesia. Banyak orang yang mengatakan bahwa pemuda Indonesia sekarang mengalami kemunduran atau dekadensi moral. Baik itu moral terhadap orang tua, yang lebih muda, moral terhadap guru, moral terhadap sesama muslim, moral terhadap umat yang beda agama, maupun moral terhadap lingkungan.

Padahal pemuda yang akan megang tongkat estafet bangsa depan ini. Tapi, apabila pemudanya brengsek, tidak bisa diajak bersaing, gaptek, gagu bahasa dunia, bahkan yang paling parah hanya bisa nongkrong di jalan-jalan, atau di gang-gang tempat tinggalnya sambil nyuitin cewek-cewek yang lewat, maka akan bobroklah masa depan bangsa ini.

Namun, akan berbeda hasilnya jika pemuda Indonesia berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Al Hadis. Berusaha menjadi manusia yang taat pada TuhanNya. Melaksanakan yang diperintahkan Allah dan meninggalkan apa yang dilarangNya. Bukankah agama hanya menginginkan kebaikan bagi seluruh insan yang menganutnya?

Akar dari seluruh permasalahan dekadensi moral bangsa ini adalah bahwa kita tidak mengamalkan secara benar ajaran agama kita. Kalau kita perbaiki semuanya pastilah ia akan kembali normal. Masalahnya sekarang bahwa merubah sesuatu, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Tapi, tidak akan sulit kalau kita mau merubahnya secara bersungguh-sungguh, yakni memulainya dari diri kita sendiri, seperti apa yang selalu dikoar-koarkan Aa Gym.

Kebobrokkan moral bangsa sebenarnya bukan hanya tanggungjawab pemuda-pemudi semata. Tetapi juga tangggung jawab semua pihak terkait, orang tua, masyarakat, dan pemerintah. Marilah kita bersama-sama memperbaiki moral bangsa ini dengan niat kesungguhan yang datang dari hati nurani. Semata-mata hanya menginginkan bangsa kita kembali bangkit dari kekrisisan yang merajalela dengan mengharapkan ridho dari Allah swt. Berdo’a setulus hati, semoga Allah selalu menyemaikan kedamaian di hati kita semua.

Ditulis oleh Jumiati dan Ika Salawiska
Dimuat dalam harian Radarbanjarmasin, selasa (5/1/10)
 

Goresan Biasa Copyright © 2008 Black Brown Art Template designed by Ipiet's Blogger Template