Kamis, 02 Januari 2014

The children

0 komentar

Miss Ika cantik, keep smile. Tulis Fatur dalam selembar kertas, yang dibaca nyaring oleh Shava. Dan didengar oleh yang lain, sehingga mereka semua tersenyum. “kamu juga tampan” sahut pujiku kepada mereka.
“syukur, untung miss tak katakan kami cantik, kalau cantik kan cewe, hehehe”.

Dasar anak-anak, adakalanya mereka sangat menyenangkan, namun disisi lain juga menyebalkan. “Namun, mereka polos. Apa adanya kalau bicara dan menilai” kata Alma Sofia saat bercerita kebingungan memilih baju untuk dipakainya. Dan kehidupan anak-anak itu sungguh menyenangkan. Andai kehidupan anak-anak itu bisa terulang lagi. Bagaimana ya rasanya. Aku berharap semoga saja tidak. Sebab, pernah aku menjumpai orang dewasa namun tingkah lakunya seperti anak-anak, tak mau dewasa, aih na’udzubillah. Dan pernah juga aku menemui seseorang yang wajahnya masih anak-anak, tapi tingkahnya sudah dewasa dan umurnya pun juga dewasa, babyface.

Di waktu yang lain, menjelang siang di hari sabtu itu aku ngobrol dengan seorang pengajar PAUD, dan menanyakan asal tempat tinggal beliau yang saat itu aku berada di Martapura untuk suatu urusan. “Dari Martapura sini aja” sabut ibu yang diperkirakan berumur 46 tahun. 

Tentang PAUD, aku teringat Awi, seorang anak tetangga yang sekarang duduk di kelas 2 MI. Awi, tak bisa membaca. Saking parahnya, hurup al phabet saja ia kurang hapal, dan mengingatnya. Padahal Awi sebelum masuk MI, sudah dimasukkan oleh orang tuanya ke PAUD. Sebelum masuk SD atau MI, pemerintah mencanangkan supaya anak-anak didik sudah bersekolah di PAUD atau TK, agar kedepannya kelas satu SD atau MI sudah bisa baca maupun tulis. Namun, pada realnya ada beberapa murid yang belum atau kurang bisa baca, walaupun sudah bersekolah di PAUD. Andai semua guru Indonesia sekarang seperti Omar Bakrie, boleh jadi semua anak didiknya cerdas-cerdas dan Indonesia akan menjadi negara maju dan semakin sejahtera. Karena Omar Bakrie berorintasi untuk mencerdaskan anak bangsa bukan sekadar mencari uang atau karier. 

“apa kendalanya bu mengajar di PAUD?” tanyaku sambil bersantai memandangi rintikan hujan, yang kala itu hujan turun cukup deras.

“menyenangkan, rame” sahut si ibu

“iya bu, hehe. Jadi, kendalanya apa bu? tanyaku kembali

Si ibu terdiam, tak menjawab. Bisa jadi si ibu belum tau apa arti kendala, sehingga beliau salah jawab dan terdiam. Atau bahkan ada top secret di sekolah sehingga tidak bisa di ceritakan. 

“kalau lulus PAUD, apakah setiap murid di jamin untuk bisa membaca bu”

“aku tidak berani menjamin, ding. Namun, biasanya kalau siswa sudah lulus dari sekolahan kami, minimal sudah mengetahui hurup al phabet, dan bisa melapalkannya” jawab si ibu. Lain pengajar lain pula metodenya dan niatnya, hehe. Sahutku dalam hati. Semoga saja guru-guru yang ada indonesia berpikiran bahwa mengajar bukan untuk mengejar materi tapi untuk membangun peradaban.

at Dawn, 1st january 2014
 

Goresan Biasa Copyright © 2008 Black Brown Art Template designed by Ipiet's Blogger Template