![]() |
Picture on http://my.opera.com |
Kenyataannya, komitmen ini seperti tidak pernah ada atau kontradiktif. Dengan desakan agar Indonesia mengekspor kayu dalam bentuk utuh, artinya sama dengan desakan agar Indonesia membuang uang sebesar 4 miliar dolar AS per tahun. Karena desakan tersebut akan menggenjot para penebang liar melakukan deforestasi. Selama ini laju deforestasi senilai 4 miliar dolar AS per tahun. Logikanya menjadi aneh. Sementara kita mengemis pada IMF untuk hutang yang hanya 400 juta dolar AS, pada saat yang sama kita manut saja menghanguskan uang negara sebesar 4 miliar dolar AS per tahun dari deforestasi yang dipiu oleh ekspor log tersebut. Belum lagi kerugian lain dan dampak negatifnya berupa kerugian akibat kerusakan ekosistem hutan yang nilainya jauh lebih besar, sungguh sangat tidak sebanding.
Dr Mulyanto dalam bukunya Argumentasi Sains Atas Bahaya Riba mengangkat argumentasi sains, seperti entropi, lingkungan dan antropi untuk menunjukkan bahaya riba. Sebab, sistem fisik bersama waktu akan meluruh dan membusuk, dan ini merupakan sunah kauniyah.
Sementara uang bersama sistem ribawi akan terus tumbuh dan membiak menuju infinite mengikuti deret geometri. Aset kekayaan fisik bersama waktu akan berkurang. Namun, hutang akan terus bertambah bersama bunga. Maka negara maju akan terus memberi hutang untuk mencari keuntungan masa depan. Sedang negara penghutang menghandurkan hutan dan lingkungannya untuk sekedar membayar bunga hutang.
Secara entroposentrik Allah SWT menundukkan bumi ini untuk manusia, namun naasnya manusia dengan tekanan sistem ribawi malah merusaknya. Sistem bunga bertentangan dengan fitrah, hukum alam dan sunnatullah, karenaya hanya akan menghasilkan disharmoni di alam.
0 komentar:
Posting Komentar