Senin, 23 Maret 2009

Hari Panas

0 komentar

Panas sekali hari ini, mungkin Banjarmasin di bulan Maret 2009 sudah memasuki musim panas. Atau posisi Banjarmasin yang sangat strategis, berada ditengah-tengah nusantara, terletak 1140-19’, 13”-1160, 33’ 28” bujur timur dari 1021’49”-4010’.14” lintang selatan dengan luas 37.530 Km2 (dari data 2003 lalu, entah sekarang mungkin telah berubah akibat penebangan liar atau dll) itulah yang menyebabkan panas sekali alias dekat matahari berotasi.

Tapi, panas di Banjarmasin tidak sebanding dengan panasnya di negara Arab. Kata kawan mamaku pada tahun 1993 lalu, kawan satu jamaah ketika beliau naik haji. Namun, rahmat Allah di tanah haram itu sangat banyak, banyak orang yang merasa kepanasan, cuman mama dan abah saja yang merasa adem, tidak dingin atau panas, lanjut cerita mamaku waktu itu. Subhanallah...

Teringat kisah Bilal bin Rabah disaat menjadi budak Umayyah bin Khalaf, beliau disiksa dengan penyiksaan yang paling keras yaitu ditelantangkan di atas padang pasir Makkah lalu diletakkan sebuah batu besar di atas dada beliau agar keimanan kepada Allah luntur. Namun, hal itu tidak berpengaruh sama sekali terhadap Bilal bahkan Bilal semakin kuat keimanannya kepada Allah.

Atau kisah Ammar bin Yasir Radhiyallahu Anhu, budak bani Makhzum yang masuk Islam bersama ibu dan bapaknya. Mereka diseret ke tengah padang pasir yang sangat panas lalu disiksa oleh orang-orang musyrik yang dipimpin Abu Jahal untuk keluar dari agama Muhammad. Tapi, mereka enggan memenuhi permintaan Abu Jahal. Sehingga, Yasir dan istrinya meninggal dunia dalam keadaan syahid. Sedangkan Amar masih hidup dengan menghadapi penyiksaan yang lebih keras dan menyakitkan dari sebelumnya, yaitu sebuah batu panas diletakkan ke atas dadanya dan sebagian tubuh yang lain dibenamkan di dalam pasir yang sangat panas. Akhirnya dengan terpaksa Amar memenuhi permintaan Abu Jahal dengan mencaci maki Muhammad, dan mengatakan hal-hal yang baik tentang lata dan uzza untuk membebaskan diri dari penyiksaan. Setelah itu, Amar menemui Nabi Shallallahu Alaihi Wassallam sambil menangis dan meminta ampun. Dan turunlah ayat tentang dirinya ”Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemuarkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa).” (An-Nahl: 103)

Kembali ke Banjarmasin dan masih dalam keadaan panas sekali, seorang perempuan berjalan menuju jalan raya meninggalkan kampus hijau untuk pulang ke rumahnya. Langkah perempuan itu terlihat malu-malu dan tersenyum. Entah siapa yang disenyuminya, aku tidak sempat memperhatikan. Tas ransel yang berada dipundaknya terlihat berisi. Sehingga membongkokkan tubuhnya yang sudah kecil.

Nama perempuan itu adalah Ika Salawiska. Biasanya nama itu disingkatnya menjadi Ika ’s. Nama Ika’s itulah menjadi pro dan kontra dalam penyebutan. Dimasa SMU dulu, teman-temannya sering memanggilnya Ikas, dengan menghilangkan spasi antara huruf a dai selain itu koma diatas huruf S sebelah kiri, sehingga menjadi Ikas, yang kalau di balik menjadi kata saki (maaf). Kata saki dalam bahasa banjar mengandung konotasi sangat jelek, yaitu hubungan sex. Tapi, setelah lulus dari SMU tersebut nama itu lenyap, hanya beberapa orang saja yang masih ingat.

Mahasiswi semester akhir Ekonomi Islam IAIN Antasari Banjarmasin ini berjalan sambil tersenyum dihari panas sekali bukan diserang oleh penyakit miring sebelah, bukan, sama sekali bukan. Tapi, lagi di serang oleh rasa kegirangan. Karena beberapa menit lalu, seorang akhi telah memberikan sebuah buku wajib penelitian kepadanya sebagai hadiah. Buku yang berisikan audit risiko pada perbankan. Baginya buku itu adalah reference utama penelitiannya. Jazakallah Khair Akhi..

Banjarmasin, 16 Maret 2009


Konsep Produksi Dalam Ekonomi Islam

0 komentar
Pertanyaan mendasar yang dapat diajukan dalam kesempatan kali ini adalah sebuah pertanyaan yang dapat merangkum pemahaman kita tentang konsep produksi secara komprehensif yang kesemuanya diacukan dalam paradigma berfikir yang dilandasi oleh nilai-nilai yang bersifat normatif dengan al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pijakan utama. Pertanyaan tersebut berupa ; apa yang dimaksud dengan produksi? Mengapa harus ada produksi? Bagaimana cara berp[roduksi dan apa yang menjadi tujuan produksi?.
Dr. Muhammad Rawwas Qalahji mendefinisikan produksi dengan “mewujudkan atau mengadakan sesuatu” atau “pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan penggabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas. Dalam hadist disebutkan bahwa Nabi SAW telah membuat cincin (HR. Bukhari). Beliau juga pernah membuat mimbar. Dari Sahal berkata: Rasulullah SAW telah mengutus kepada seorang wanita, (kata beliau):’Perintahkan anakmu si tukang kayu itu untuk membuatkan sandaran tempat dudukku sehingga aku bisa duduk di atasnya. Pada masa itu juga orang orang biasa memprodusi barang, dan beliau pun mendiamkan aktifitas mereka. Sehingga diamnya beliau menunjukkan adanya pengakuan (taqrir) beliau terhadap aktifitas berproduksi mereka.
Jika kita cermati saat ini pemahaman konsep produksi lebih banyak bersifat materialis dan diarahkan pada pencapaian sesuatu yang hanya diukur oleh nilai-nilai yang terkadang menjadikan kita mengalami ketergantungan untuk mengejar material-material yang dihasilkan dari produksi tersebut. Dalam tataran mikro dapat kita lihat banyak keluarga yang mengisi aktifitas kesehariannya dengan dengan pengadaan barang-barang material dan mengabaikan nilai spiritualitas. Dalam tataran makro misalnya kita ambil negara Jepang dimana tingkat produksinya telah sangat tinggi akan tetapi disisi lain Jepang mengalami krisdis nilai spiritualitas sehingga meningkatnya tingkat stres yang melanda penduduk yang pada akhirnya ikut mendorong tingkat bunuh diri yang terjadi.
Dalam Islam wilayah produksi tidaklah sesempit seperti apa yang dipegang oleh kalangan konvensional yang hanya sekedar mengejar orientasi jangka pendek dengan materi sebagai acuannya dan memberikan peniadaan pada aspek produksi yang mempunyai orientasi jangka panjang. Sebagai contoh konsep memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya yang pada dasarnya tidak melihat realita ekonomi yang prakteknya berdasarkan pada kecukupan akan kebutuhan dan market imperfection.
Adapun aspek produksi yang berorientasi pada jangka panjang adalah sebuah paradigma berfikir yang didasarkan pada ajaran Islam yang melihat bahwa proses produksi dapat menjangkau makna yang lebih luas, tidak hanya pencapaian aspek yang bersifat materi-keduniaan tetapi sampai menembus batas cakrawala yang bersifat ruhani-keakheratan.

Kesalehan Dan Produksi
Dr. Monzer Kahf dalam bukunya yang berjudul The Islamic Economy Analytical of The Functioning of The Islamic Economic System menyebutkan bahwa tingkat kesalehan seseorang mempunyai korelasi positif terhadap tingkat produksi yang dilakukannya. Semakin saleh seseorang semakin tinggi nilai produktifitasnya, begitu pula sebaliknya.
Selama ini terbangun kesan bahwa kesalehan merupakan hambatan bagi proses produksi. Orang saleh digambarkan sebagai ossok yang malas yang waktunya hanya dihabiskan untuk beribadah dan jarang menghiraukan aktifitas ekonomi. Pola pikir negatif ini perlu diluruskan. Pelurusan pemikiran tersebut akan membawa hasil jika diacukan pada nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran islam, baik yang termaktub dalam al_Qur’an dan as-Sunnah.

Sumber : Kuliah Informal Pemikiran Ekonomi Islam dalam milis FoSSEI
 

Goresan Biasa Copyright © 2008 Black Brown Art Template designed by Ipiet's Blogger Template