Selasa, 18 September 2012

Snouck Hurgronje



Dalam sejarah perjuangan kemederkaan Indonesia, nama Snouck Hurgronje atau Abdul Jafar tidak pernah asing di baca. Ia adalah salah seorang pendiri Islam politik di Indonesia yang lahir pada tanggal 7 Februari 1848. Konon cita-citanya selama ia berada di indonesia pada tahun 1889 dan 1906 ingin mengukuhkan kekuasann belanda negeri khatulistiwa ini.

Untuk mengalahkan perlawanan rakyat Islam di Indonesia, Snouck Hurgronje masuk Islam dan meneliti agama Islam secara ilmiah di negerinya dan disana pula diselenggarakan indologie, yakni ilmu untuk mengenal lebih jauh seluk beluk penduduk Indonesia. Hasilnya, lahirlah apa yang dikenal dengan Islam Politik di Hurgronje.

Berkat pengalamannya di Midle East, sarjana sastra semit ini berhasil menemukan suatu pola dasar kebijakan untuk menghadapi Islam di Indonesia, yang menjadi pedoman bagi pemerintah Hindia Belanda, terutama bagi adviseur voor inlandsche zaken, lembaga penasehat gubernur genderal tentang segala sesuatu mengenai pribumi.

Banyaknya umat Islam Indonesia yang pulang dari Mekah sehabis menunaikan ibadah haji dengan membawa ajaran ortodoks menggantikan ajaran mistik dan sinkretik serta banyak perlawanan umat Islam yang dimotori oleh para haji dan ulama, sehingga banyak dari kalangan Belanda berpendapat bahwa ibadah haji menyebabkan pribumi menjadi fanatik. Oleh karena itu, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan banyak peraturan untuk mempersulit kaum muslimin dalam menunaikan ibadah. Snouck Hurgronje berusaha mendudukan masalah antara ibadah haji dan fanatisme. Menurutnya, haji-haji itu tidak berbahaya bagi kedudukan pemerintahan kolonial di Indonesia. Tapi, yang mungkin sekali berbahaya ialah apa yang disebutnya dengan koloni jawa, daerah tempat tinggal orang-orang yang berasal dari Indonesia di Mekah. Karena pergaulan hidup bertahun-tahun, mereka telah menciptakan kesadaran yang lebih tinggi tentang persatuan kaum muslimin sedunia. Disana mereka memperoleh bacaan-bacaan di tempat-tempat pendidikan agama dan turut serta dalam kehidupan dan usaha-usaha pan Islam.


Snouck Hurgronje berpendapat, Islam dapat dibagi menjadi dua bagian, yang satunya Islam religius dan yang lain Islam politik. Terhadap masalah agama, pemerintah Belanda disarankan agar bersikap toleran yang dijabarkan di dalam sikap netral terhadap kehidupan keagamaan. Toleransi teradapnya merupakan suatu syarat mutlak demi ketenangan dan stabilitas. Akan tetapi, Islam politik harus selalu dicurigai dan diteliti dari mana datangnya, terutama yang dipengaruhi gagasan pan-Islam.

Bahkan, dalam analisisnya itu, pemerintah diusulkan untuk meningkatkan pelayanan haji, karena haji termasuk wilayah netral dan campur tangan terhadap agama, bahkan antara membantu dan menghalangi, tidak begitu jelas pada saat itu. Namun, pemerintah Belanda tetap saja banyak mengeluarkan berbagai peraturan untuk mengontrol secara ketat lembaga-lembaga pendidikan Islam.

Dalam rangka membendung pengaruh Islam, pemerintah Belanda mendirikan lembaga pendidikan bagi bangsa Indonesia, terutama untuk kalangan bangsawan. Mereka harus ditarik ke arah westernisasi. Dalam pandangan Snouck Hurgronje, Indonesia harus melangkah ke arah dunia modern sehingga secara perlahan Indonesia menjadi bagian dari negara modern itu. Para lulusan sekolah ini diharapkan dapat menjadi partner  dalam kehidupan sosial dan budaya. Snouck Hurgronje memang mendambakan kesatuan Indonesia dan Belanda dalam suatu ikatan pax-neerlandica. Oleh karena itu dalam lembaga pendidikan Belanda tersebut, bangsa indonesia harus dituntun untuk bisa berasosiasi dengan kebudayaan Belanda. Menurutnya, pendidikan barat adalah alat yang paling pasti untuk mengurangi dan akhirnya mengalahkan pengaruh Islam di Indonesia.

Analisa Snouck Hurgronje pada waktu itu tentang potensi pribumi dan teorinya tentang pemisahan unsur agama dari  politik, tidak sejalan dengan situasi, terutama dua puluh tahun terakhir kekuasaan Belanda di Indonesia. Oleh sebab itu, peranan politik Kantoor voor inlandsche zaken semakin menghilang pada tahun-tahun terakhir, meskipun wewenangannya mengawasi gerakan politik lebih dipertegas sejak tahun 1931. Kantoor ini memang harus menjamin kelangsungan pemerintah Hindia Belanda.



Referens:
[1] sejarah peradaban islam, dirasah islamiah oleh DR Badri  Yatim, MA
[2] wikipedia indonesia, Snouck Hurgronje

0 komentar:

 

Goresan Biasa Copyright © 2008 Black Brown Art Template designed by Ipiet's Blogger Template