Rabu, 22 September 2010

Kebijakan..

0 komentar
Coretan lama di sekitar tahun 2008an, ketika harga BBM naik. Sore itu ku termenung di sebuah terminal angkutan umum untuk menunggu angdes (angkutan desa) jurusan Sei. Tabuk. Sebagai wong cilik, dan pengguna angkot setia, aku merasa risih atas kenaikan harga BBM kali ini. Yang pasti aku adalah salah satu korban dari salah satu kebijakan pemerintah tentang kenaikan harga BBM. Mau nggak mau, ongkos angkutan umum semuanya naik, yang asalnya Rp 2000,- menjadi Rp 3000,-. Lain lagi jurusan Gambut ke Banjarmasin, naik menjadi 4000,- yang semula hanya 3000,- membuat kantong baju yang kugunakan semakin tak terlihat kantongnya. Tapi, apa boleh dibuat, itu adalah sebuah kebijakan.

Terkadang, pemerintah tidak merasakan apa yang dirasakan oleh rakyatnya. Rakyat banyak yang miskin, padahal SDA yang dimiliki negara ini sangat kaya, seharusnya kan Negeri ini makmur, jadi apa yang salah yah?

Contoh di negeri Jiran, walaupun harga BBM dunia naik, tapi Ahmad Baydawi mengambil kebijakan yang lebih bijaksana untuk mengatasinya. Namun, waktu itu pemerintah mulai bernafas lega tentang kenaikan harga BBM, masalah BLT dan BLM, setelah kejadian insiden berdarah di Monas pada hari minggu, tanggal 2 Mei 2008 serta kasus dikeluarkannya SKB Ahmadiyah yang pro dan kontra.

Memang, sudah menjadi watak dasarnya. Manusia lebih suka menyatakan kebaikan dan menyembunyikan keburukan. Pada stadium transmisi, suara hati rakyat sering kali mengalami distorsi. Apalagi kalau jatuh ketangan orang yang bermaksud memanfaatkan sebagai komuditas dan untuk kepentingan politik. Sebuah keburukan tak pernah muncul kepermukaan. Publikasi sering kali diwarnai dengan informasi yang enak-enak. Betapapun kenyataan yang sebenarnya adalah buruk.
 

Goresan Biasa Copyright © 2008 Black Brown Art Template designed by Ipiet's Blogger Template