“malam itu di tanjung priok aku mampir ke Mesjid put,
sembahyang dan aku melihat Buya Hamka sedang ceramah di dalamnya” ucap abah memulai cerita tujuh bulan yang lalu usai makan
malam, mengingat nostalgia di tahun 1960an
Tempat makan merupakan tempat yang sangat urgent bagi orang di rumah, sebab tempat makan bukan saja sebagai
tempat menambahnya asupan makan untuk tubuh tapi juga sebagai tempat diskusi.
Penempatan diskusi inilah yang tak pernah lepas dari tradisi orang-orang di
rumah ku, diskusi sambil makan. Beberapa tren juga mengalami hal yang sama di
luar rumahku, pernah aku di undang makan sambil diskusi yang akhir-akhirnya
adalah syuro proker dan evaluasi, beban berat di pundak.
Kembali ke cerita abah. Itulah segelintir pengalaman abah
merantau ke daerah orang untuk menuntut ilmu di akademik ilmu bangunan di kota
Batavia. Menjelajah dari mesjid ke mesjid, mengikuti pengajian di dalamnya.
Walaupun beliau adalah kaum tua, untuk belajar ilmu agama tidak memandang
apakah kaum tua atau kaum muda karena mereka merupakan wajhah transfer ilmu.
Hari ini aku terkenang abah, lima bulan abah sudah tidak
menemani kami. Terakhir bertemu di ruang ICU, ruang paling angker bagiku. Bukan
saja abahku yang di rawat disana, tapi orang-orang yang lebih muda setengah
umur dari abah juga di rawat disana. Angker. Aku melihat abah di kaca paling
belakang ternganga karena infeksi paru-paru itu penyebabnya. Jika seorang
pujangga mengatakan without you I felt so loss aku juga demikian mengatakan. Ya
Allah, ampunilah dosanya, limpahkanlah beliau dengan Rahmat-Mu, lapangkanlah
kuburannya dan masukkanlah beliau ke dalam surga-Mu. Amin..
0 komentar:
Posting Komentar