Minggu, 04 Mei 2008

Tim Media; Pria aneh 75 Derajat


Tim media; pria aneh 75 derajat

Tidak mudah menjadi bagian dari tim media. Banyak peristiwa yang terjadi. Humor, pasti. Jeli dengan isu dan berita, iya. Letih, harus. Kena damprak, sesekali. Jadi tumbal, pernah.

Tekad memperingati 100 tahun hari kebangkitan sekaligus louncing gema keadilan yang diresmikan oleh andi pratama Minggu (25/o5/o8) di depan station TVRI banjarmasin, membuat tim media sibuk dengan jobnya masing-masing. Rilis mata banua dan radarbanjarmasin, news dari banjarmasin post dan TV banjar, siaran langsung dari Tvnya urang banua, dan wibsite www.pks-kalsel.or.id

Ikut bantu-bantu di tim media sungguh sangat membuka wawasan. Pagi-pagi sudah stanbay di lokasi sampai acara selesai. Lalu kumpul untuk rapat dan menulis apa yang harus ditulis tapi deadline hari itu juga. Sarana, oke. Dapat makan, Alhamdulillah. Namun, waktunya yang kepepet, sedikit.

Satu Laptop disediakan oleh pimred tim media, menulispun mulai yang berlokasi di lantai tiga DPW PKS kalsel. Saya dan ma’rifah bergantian menulis, dengan mempersilahkan sang ahli terlebih dalu. Selang satu jam lebih, ma’rifahpun selesai menulis dan saatnya giliran saya.

Disela-sela saya menulis, ternyata seorang pria gagah, memakai kopiah, berbaju batik berwarna merah khas kepartaian menghampiri kami. Mata sayapun melirik ke arah pria itu, harum badannya semerbak ditambah pen yang menjepit di kantong bajunya. Seolah-olah pria itu pejabat tinggi ke partaian. Tapi, yang membuat saya heran, kok pejabat pake cincin lima jari. Cincin yang digunakan bermata besar-besar pula? Dan ada urusan apa, pejabat itu menghampiri kami?

Pria itupun berbicara dengan ma’rifah, sambil memberikan kamera yang berada di tangan kanannya. Sedangkan saya tetap stanbay di depan laptop untuk menulis. Tapi, pembicaraan itu terdengar juga oleh saya, hingga mengganggu konsentrasi.

”tolong, potret saya” kata pria itu dengan gaya menghardik, menyuruh ma’rifah. Setelah dipotret oleh ma’rifah. Pria itu memandang dan menghampiri saya, setelah itu minta potret kembali kepada ma’rifah dengan posisi pas dibelakang saya duduk.

”tunggu!! Jangan di potret dulu” pria itu menyuruh ma’rifah

”ding, arahkan wajahmu ke kamera? Ayo..!!” dengan nada gertakan menyuruh saya. Sayapun gugup. Ya Allah, ini manusia atau bukan?

”ayo, potret kami berdua” pria itu kembali berkata

kamipun hanya terdiam di buat oleh pria ini. Sesekali, mata saya memberikan nada kepada ma’rifah. Namun, tidak ada reaksi. Pemotretanpun selesai. Dan pria itu minta hasilnya.

”mana photonya?” ma’rifahpun menyerahkan kamera itu. Setelah pria itu melihat hasil pemotretan, diapun terungut-unggut dan memperliharkan hasil phiti itu kedapa saya dan terdengar ”sayang, photo kita bagus deh”

sayapun menggigitkan bibir setelah mendengar kalimat itu. Ya Allah, ini manusia atau bukan sih? komen dalam hati. Akhirnya laki-laki itu hengkang dari kami. Belum lama kejadian itu terjadi, ternyata ma’rifah telah menceritakan kronologis kejadian ini kepada warga MH. Memang penulis, pasti diceritakan, walaupun saudari sendiri yang menjadi tumbalnya. Dan saat itu, saya sebut pria itu dengan pria aneh 75 derajat. Mudah-mudahan tidak ketemu lagi..

0 komentar:

 

Goresan Biasa Copyright © 2008 Black Brown Art Template designed by Ipiet's Blogger Template