Rabu, 23 April 2008

PIA FE Unlam; Part Four


Kamis (17/4/o8)

Pukul o4.oo saya sudah terbangun. Ingin rasanya keluar dari kamar untuk membersihkan diri, tapi bapak-bapak itu lagi enak tidur, pulas, ada yang ngorok, untung tidak ada yang liuran. Badan mereka menghalangi pintu kamar. Sehingga sangat sulit sekali untuk keluar dari kamar. Namun, alhamdulillah ada alternatif lain, hingga saya dapat melaksanakan kebiasaan dan kewajiban itu. Hari pun semakin benderang. Mahasiswa-mahasiswa serta bapak-bapak itupun terbangun dari peraduannya. Dan aktifitaspun menjadi lancar.

Beraneka ragam aktifitas yang dilakukan oleh mereka, hingga saya ingin kabur untuk menikmati alam, sekaligus mau siraturrahim ke masyarakat sekitar. Kali ini kami tidak berdua lagi, tapi di dampingi oleh kak Abdi. Kak Abdi seorang mahasiswa juga, dari IAIN juga, tapi angkatan tua, dan mempunyai pengalaman KKN (Kuliah Kerja Nyata) di tempat ini juga. Berjalan, berdiskusi dan mendengarkan pengalaman kak Abdi membuat kami semakin banyak wawasan.

”saya ingin menjadi orang besar, namun tak terlihat” kalimat aneh, yang terlontarkan sambil berteriak sepuas-puasnya di atas gunung. Entah siapa yang dengar. Yang pasti dua orang ini. ”ka, memangnya ada orang seperti itu?” kata Siti jamilah.

”iya, ada. Ya, teman yang berada di sampingmu ini. Hehehe”

Karena sudah terlalu lama, kami pun kembali ke pondokan. Takut, kalau di tinggalkan oleh panitia. Di perjalanan pulang, dua makhluk yang hobby meng-gok-gok, menjulurkan lidah bahkan meneteskannya dan suka mengejar manusia menghalang kami. Seolah-olah kami ini mangsa yang lezat untuk disantap. ”Kak abdi, ada sesuatu untuk mengantisipasinya?” ujar siti jamilah

”ada. Pertama, ambil batu yang agak besar. Kedua, kalau berjalan jangan hiraukan mereka. Anggap mereka tidak ada. Tapi, kalau mereka masih juga menggoda, dengan cara ketiga yaitu, itu batu lemparkan ke arahnya dan lari...!!!”

Apa yang terjadi? Tidak ada. Makhluk itu takut, sebelum kami lempar dengan batu. Kamipun sampai kepondokan dan beberapa panitia telah menghampiri kami untuk mempersilahkan sarapan pagi. Dan jam o9.3o pulang. Tapi sebelum pulang, acara mampir dulu ke pantai sungai papuyu.

Menurut sepengetahuan saya, pantai kali ini lebih bersih ketimbang pantai batakatan atau takisung. Tidak ada kotoran manusia. Namun, hati-hati ada batu abstraknya. Batu abstrak adalah batu yang berbentuk bulat pipih, berwarna coklat ke hijau-hijauan tapi berbau. Biasanya, kalau seseorang terinjak batu ini selagi basah, maka akan membekas dan lengket di kaki. ???

Di pantai itulah, para mahasiswanya bermandi-mandian. Tapi, ada juga yang tidak. Kalau saya asyik carikan oleh-oleh untuk orang rumah yaitu kepiting. Namun, hasilnya nihil, bukan musimnya. Kata penduduk setempat. Akhirnya kami (masih bertiga) berkeliling untuk siraturrahim ke warga masyarakat disana. Masyarakat yang mayoritasnya sebagai nelayan musiman, peternak sapi, petani. Jabatan tangan yang erat ibu-ibu itu masih terasa membekas.

Pukul 11.3o Wita, rombonganpun meninggalkan pantai sungai papuyu. Hatipun gelisah. Sms berdatangan dari teman-teman KKN di Tanjung. Rupanya, mereka di landa kekangenan, hehehe. Astagfirullah, janji bertemu dengan pak Arifiani pukul 16.3o. di kampus. Saya hubungi adik-adik komunitas, ternyata tidak bisa juga. Padahal janji itu sudah direncakan satu minggu sebelumnya. Perjalanan yang ditempuh masih jauh, diperkirakan pukul 18.oo baru sampai ke banjarmasin. Sayapun menghubungi pak arief untuk minta batalkan pertemuan. Maafkan, pak. Hehe, jadi malu.

0 komentar:

 

Goresan Biasa Copyright © 2008 Black Brown Art Template designed by Ipiet's Blogger Template