Minggu, 06 Februari 2011

MIskin dan Kaya


Dalam realita kehidupan baik di Indonesia maupun di negara lain di dunia, sering kita lihat dan temui orang kaya dan miskin. Mengapa ada kaya dan miskin? Pertanyaan ini yang timbul dalam lubuk hati saya sejak masih duduk di bangku Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Kini pertanyaan itu muncul lagi, setelah beberapa tahun terlupakan.

Ada yang mengatakan, adanya kaya dan adanya miskin itu merupakan takdir dari Sang Khaliq. Ada juga yang mengatakan, miskin itu disebabkan kemalasan seseorang dan kaya merupakan hasil dari kerja keras seseorang. Selain itu ada yang mengatakan, kemiskinan disebabkan adanya keserakahan si kaya yang tidak memberi kesempatan kepada si miskin.

Namun ada pula yang mengatakan, adanya si kaya dan si miskin itu dari keturunannya. Juga ada yang mengatakan, terjadinya kaya dan miskin karena sistem ekonomi yang digunakan.

Semua perbedaan pendapat tersebut memiliki faktor kebenaran. Miskin karena malas. Hal ini tidak selalu salah, karena bagaimana pun ada program penghilangan kemiskinan. Namun, jika si miskin sendiri tidak mau bekerja keras, bersusah payah belajar dan bekerja, berusaha untuk lepas dari kemiskinan dan membenci dirinya karena miskin, maka program tersebut akan sia-sia.

Orang kaya itu perlu dihormati. Namun, jika kekayaannya itu diperoleh dengan cara haram seperti mencuri, merampok, merampas, korupsi, kolusi, menipu, menzalimi orang lain dan semacamnya, berarti bukan kekayaan yang ada. Namun, keserakahan dengan cara haram dan melanggar ajaran agama serta hukum. Hal ini yang harus ditekankan dalam keadilan dan kebenaran, serta ketertiban hukum. Aparat kepolisian harus tegas bertindak sebagai abdi masyarakat, jangan sampai ada diskriminasi. Meskipun kekayaannya diperoleh dengan cara halal, namun harus ditekankan untuk menjadi manusia yang gemar berderma dan beramal saleh.

Kesempatan mendapatkan pekerjaan harus diwujudkan secara adil. Namun, dalam waktu bersamaan, materi pendidikan juga harus memperhatikan link and match atas pekerjaan yang tersedia.

Kita percaya takdir (ketentuan) karena termasuk salah satu Rukun Iman. Namun, kita tidak tahu kapan atau di mana takdir itu hadir atau terjadi. Artinya, kita bisa mengatakan takdir kalau usaha secara maksimal sudah dikerjakan. Kalau kita belum melakukan usaha maksimal, bukan takdir yang sebenarnya namun kemalasan berkedok takdir yang terjadi.

Kita sering melihat bahkan banyak orang mengatakan, kaya dan miskin itu merupakan keturunan. Pendapat seperti itu tidak selalu salah dan benar. Apabila seseorang diwarisi kekayaan tetapi ia tidak bisa menggunakan dan mengelolanya, maka lambat laun kekayaannya itu habis dan tidak akan menghasilkan apa-apa. Bahkan tak tertutup kemungkinan, ia menjadi orang miskin. Begitu pun sebaliknya. Kalau bisa mengelola dan menggunakan kekayaannya dengan baik, maka ia akan menjadi orang yang sukses melalui kekayaannya itu.

Sistem ekonomi sekarang. Banyak ekonom mengatakan, salah satu penyebab terjadinya kaya dan miskin adalah sistem ekonomi yang digunakan 'kurang tepat' dalam suatu negara. Pada gilirannya melahirkan negara yang semakin hari semakin kaya dan negara yang semakin miskin. Dengan kata lain, pengaplikasian sistem ekonomi tersebut melahirkan ketidakseimbangan dalam perkembangan ekonomi dalam suatu negara.

Oleh karena itu, marilah kita mawas diri. Lebih baik kita intropeksi diri. Menyalahkan diri kita sendiri, bukan menyalahkan Allah atau orang lain. Wallahu'alam bis shawab.

e-mail: ika_25ska@yahoo.id
Dimuat Banjarmasin Post, 2007

0 komentar:

 

Goresan Biasa Copyright © 2008 Black Brown Art Template designed by Ipiet's Blogger Template