Minggu, 06 Februari 2011

Krisis Subprime Mortgage


“I’m not blaming the people, I’m blaming the system, I am simply stating that there is more debt than money so its technically impossible for everyone to pay off the banks because is simply not enough money in circulation for everyone to pay of their debts”.

Inilah kalimat seseorang yang menyebut dirinya sebagai ultimateskaters 1987 setelah menyaksikan tayangan video yang berdurasi pendek mengenai perekonomian Amerika Serikat di tahun 2007 dan jutaan warga Amerika kehilangan pekerjaan, kehilangan rumah, dan bergelimang utang akibat dari skandal subprime mortgage. Sehingga banyak orang mengatakan bahwa Amerika Serikat mengulang kembali mimpi buruk resensi ekonomi tahun 1939.

Mortgage ialah hipotek atau kredit rumah dengan agunan. Kata mortgage berasal dari istilah hokum bahasa Perancis, yang berati matinya sebuah ikrar, sedangkan subprime merupakan gabungan dua kata untuk menunjukkan klasifikasi penerima KPR, yakni sub dan preme, ialah dibawah standar atau tidak layak menerima kredit, sementara preme adalah orang yang layak atau biasa dipakai istilah Alt-A. subprime mortgage dikenal sebagai skema kredit macet rumah, berisiko tinggi karena memang sejak awal diberikan kepada yang tidak layak menerima, bisa karena suku bunga kredit yang ditetapkan tinggi ditambah kesengajaan mengabaikan dokumen penerima kredit, seperti tidak ada verifikasi pendapatan, riwayat kerja dan catatan utang.

Dr. Robert Gifford, spikolog lingkungan asal University of Victoria memaparkan analisanya bahwa tidak mengherankan kehilangan rumah telah menimbulkan trauma berat bagi mereka. Ia menggambarkan psikologi American family setelah penyitaan rumah secara dramatis terjadi mulai 2006 dan dipredeksi menembus angka 19 juta rumah pada 2010, yang pada saat itu, harga rumah langsung drop hingga 40 persen atau terandah dalam empat tahun teakhir. Bahkan majalah business week edisi MEI 2008 menyebutkan jumlah rumah siap jual menumpuk hingga 4,55 juta akhir April. Hal ini setara akumulasi stok rumah dalam 11,2 bulan.

Tak hanya itu, Bear Stearns, bank investasi terbesar keempat di Amerika bangkrut pada Maret 2008, padahal bank ini telah berusia hampir satu abad yakni 86 tahun. Pemicu jatuhnya bank ini diromorkan telah merugikan sepanjang operasional 2007, rentetan gagal bayar nasabah KPR memperburuk laporan keuangannya. Sama halnya yang terjadi dengan Lehman Brothers, bank yang sudah ada saat perang dunia kedua ini tak dapat diselamatkan, tutup usia pada 15 september. AS mengira krisis terburuk yang terjadi dipertengahan tahun 2007, yang dialami Citigroup dan Merry Lynch merugi hingga butuh modal tembahan, namun ternyata masih ada jurang di bawah jurang, seperti Dow Jones terjun bebas terburuk selama 40 tahun.

Bahkan, efek ini berimbas langsung ke perusahaan-perusahaan investasi top dunia, seperti Inggris, Belanda dan Jepang mulai menyiapkan dana cair agar perusahaan besarnya tidak ikut kolaps. Islandia, tahun 2007 menempati urutan pertama di dunia dalam katagori human development index versi PBB. Warganya paling makmur di bumi, dilihat dari semua indicator ekonomi yang ada, tingkat pengangguran sekitar 0,5 persen dari total penduduk, kaya , merata, sehat, berkebudayaan, berpendidikan dan canggih, singkatnya surga dunia. Tapi sejak 6 oktober 2008, perdana menteri Islandia Geir Haarde muncul di televisi local mengumumkan Negara dalam kondisi darurat, diambang kebangkrutan, pemerintah menanggung utang enam kali dari nilai produk domestic bruto.

Leberalisasi perbankan telah menceburkan Negara itu pada lautan bubble economy. Glitnir, bank ketiga terbesar di Islandia telah bankrut terseret krisis keuangan di AS, Inggris, dan Negara Erofa lainnya. Bank pertama dan kedua, Landzbanki dan Kaupthing sudah dulu bangkrut. Ketiganya diambil alih pemerintah dengan warisan utang enam kali PDB Islandia yang hanya USD20 miliar. Sebelumnya kaupthing dan Glitnir menjadi pemain utama pasar mortgage dan akuisisi entitas keuangan asing di Inggris dan Skandinavia.

Majalah time, edisi 20 Oktober 2008. 6 dan 7 oktober 2008, duit sebesar USD6,5 triliun menguap begitu saja di lantai bursa global. Dana talangan USD700 miliar yang diteken oleh presiden George W Bush, kala itu, sabtu pecan sebelumnya sebagai sikap resmi pemerintah AS justru membuat kepanikan bertambah hebat, dan ongkos penyelamatan USD2,3 triliun yang dihimpun dari masing-masing Negara uni erofa juga tidak kuasa menenangkan suasana. Krisis subprime mortgage AS telah mengganti kepercayaan itu denna kekuatan. Awalnya menghinggapi para pemain saham, setelahnya papa deposan, kemudian antarentitas keuangan. Di erofa, seolahkembali pad masa kegelapan, sperti sebelum renaissance atau masa percerahan tiba. Harga saham di londen, Frankfurt, dan paris serta daratan eropa tersungkur.

Inggris menjadi episentrumnnya, media massa se dunia melaporkan neraca keuangan raksasa HSBC holdings kuartal teakhir 2006 merah, angka buruk ini berasal dari catatan buruk HSBC finace corporation anak usaha HSBC di AS yang merugi akibat tersangkut obligasi bermasalah. Akibatnya, rakyat inggris dipasaka merelakan uang pajaknya untuk membayar utang-utang northern rock dan Bradford dan bingley yang diambil alih pemerintah pada awal 2008.

Di luar erofa, Negara maju yang juga terkena dampak serius adalah jepang. Selain terjebak krisis finasnsial, ekonomi jepang juga terkena imbas kenaikan harga minyak dunia. Dalam setahun terakhir telah mendorong tingkat inflansi tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Juli 2008, jepang mencatat inflasi hingga 2,4 persen, setelah beberapa tahun mengalami deflalsi. Nilai kapitalisasi bursa jepang ambles USD250 miliar, produk MBS dan anak-anaknya uang beredar di jepang diperkirakan mencapai 700-800 miliar yen jepang, bahkan cabang lehman brother di jepang sendiri mendafarkan perlindungan kebangkrutan di pengadilan negeri Tokyo setelah induk usahanya dinyatakan bangkrut .

Sementara di Australia. Perdana menteri Australia Kevin rudd mengungmumkan jaminan penih terhadap semua dana nasabah yang disimpan di bank, jamianan diberikan tidak ahnaya atas bank local, melainkan bank asing di sana, serta credit union atau koperasi, dan pemerintah juga akan menyuntikkan dana sekitar USD 2,6 miliar ke pasar kredit perumahan.

Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Krisis global yang melanda Amerika Serikat jelas-jelas membawa efek bola salju ke Indonesia, semua orang berharap cemas menghadapi tahun 2009. Indonesia diperkirakan akan mulai menghadapi dampak krisis global pada maret 2009. Muhammad ma’ruf mengungkapkan, kita masih bisa berinvstasi di zaman yan gakan menelan ratusan ribu orang terkena PHK, tapi yang harus dikakukan hanyalah menata kembali keraca keaungan dan mulai melakukan perencanaan keuangan yang sesuai, seperti: menabung, mewaspadai laju kartu kredit, membuka bisnis di tengah krisis, cintai produk dalam negeri, visit Indonesia all year, rupiahkan dolar yang dimiliki, pilihan investasi diantaranya saham, deposito, property, emas, investasi syariah, unit link.

Judul Asli : Tsunami financial: peluang bisnis dan investasi Indonesia dan setiap individu di tahun
2009.
Pengarang : Muhammad ma’ruf
Penerbit : Mizan, 2009

0 komentar:

 

Goresan Biasa Copyright © 2008 Black Brown Art Template designed by Ipiet's Blogger Template