Senin, 08 April 2013

The Sin To Hell Or Paradise


Seorang kerabat pernah bercerita bahwa temannya mengungkapkan dirinya penuh dengan dosa. Pernah menghamili seorang pembantu, penjual narkotika, seks bebas, korupsi, dan perbuatan lainnya. Hingga ia mengatakan bahwa dirinya sudah terlambat untuk bertaubat. “terlalu banyak dosa yang ku perbuat, tubuhku penuh dengan kotoran, mungkin Tuhan enggan menerima ku dan biarlah aku seperti ini” kata kerabat menirukan ucapan sang teman.

Cerita ini mengingatkan ku pada kisah jaman sebelum Islam datang. Konon seorang lelaki yang sudah membunuh 99 jiwa datang menemui seorang pendeta. Lelaki itu pun bertanya, apakah ada pintu taubat sedangkan ia sudah membunuh 99 jiwa manusia. Dengan nada kesal, sang pendeta menjawab, tidak ada. Mendengar jawaban yang kurang puas tersebut, lelaki itupun membunuh sang pendeta sehingga genablah ia membunuh 100 jiwa.
Ingin mendapatkan jawaban yang lebih memuaskan, lelaki itu menemui seorang ‘alim. Ia pun menanyakan hal yang serupa kepada sang ‘alim tentang pintu taubatnya. “ada, tidak ada seorang pun yang bisa menghalangi taubat seseorang kepada Tuhannya,” jawab ‘alim. “pergilah ke daerah sana, karena disana terdapat pemukiman orang-orang mukmin. Dan tinggalkanlah negerimu, sebab ia merupakan negeri yang sial bagimu” lanjut si ‘alim kepada lelaki itu.

Selanjutnya lelaki itu pergi meninggalkan negerinya menuju negeri yang disebutkan oleh sang ‘alim. Namun, didalam perjalan, ia meninggal. Hingga ada perdebatan antara malaikat rahmat dan malaikat azhab. Malaikat rahmat mengatakan bahwa lelaki ini masuk ke golngannya, karena meninggal pada saat taubat. Akan tetapi sebaliknya, malaikat azab mengungkapkan, lelaki itu selama masa hidupnya tidak pernah melakukan kebaikan sedikit pun, sehingga ia pantas untuk masuk golongannya. Sehingga datanglah malaikat yang lain sebagai penengah diantara mereka. Setelah diskusi dan analisis panjang, akhirnya para malaikat memutuskan bahwa lelaki itu termasuk golongan malaikat rahmat.

Tidak ada kata terlambat untuk bertaubat, sebelum ajal datang. Bukankah Allah sangat bergembira ketika seseorang bertaubat kepada-Nya, bahkan gembiranya Allah melebihi saat seseorang yang melakukan perjalanan dengan ontanya di padang pasir yang sangat luas dan cuaca yang sangat panas. Namun dipertengahan jalan, ontanya hilang. Sedangkan bekal makan dan minum terbawa oleh ontanya. Ia pun bersedih dan berputus harapan tidak akan mendapatkan kembali ontanya. Akan tetapi tiba-tiba ontanya berdiri dihadapannya. Ia pun mengatakan “ya Allah, Engkau hambaku dan aku adalah Tuhanmu” ia salah ucap saking gembiranya.


Referensi:
Imam Nawawi, Tarjamah kitab Riyadhusholihin jilid 1


1 komentar:

JUST a SIMPLE LIFE on 25 Agustus 2013 pukul 04.40 mengatakan...

kita tak pernah tau dimana ujungnya. tugas kita hanya berusaha.. senang bs mengunjungi anty lagi...
rumahku yg sebelumnya raib..blog ini sengaja dirahasiakan. biar bisa lebih personal :)

 

Goresan Biasa Copyright © 2008 Black Brown Art Template designed by Ipiet's Blogger Template