Minggu, 06 November 2016

Kerupuk dan Gerobak



Dengan langkah kekarmu, ku mengamatimu..

Hampir dua tahun aku mengamatinya. Seorang lelaki sepertiga paro baya, mendorong gerobak yang berisikan kerupuk melintasi bibir jalan. Panas dan dingin, adakalanya kebasahan karena kehujanan, mendorong gerobak dengan jarak tempuh hampir 30 kilo meter setiap hari. Aku tersentuh.. 

“Paman, berapa harganya” kataku

“tiga ribu” jawabnya

Harga kerupuk yang biasanya dijual pada umumnya seharga dua ribu rupiah. Tak apa, dibanding seberapa banyak tetes keringat yang keluar dari badannya untuk menjual kerupuk keliling dengan jalan kaki ditemani gerobak. Untuk sesuap nasi kebutuhan badannya dan keluarganya. Luar biasa. Pengorbanan.. 

Dalam sehari belum tentu si paman memperoleh keuntungan dua puluh ribu, terasa tak tega kalau ditawar dengan ketetapan harga jual tersebut. Lima ribu rupiah, kuserahkan dengan tangan kananku. 

“berapa aku mengangsol, uang kembalian” tanya si paman

“dua ribu, paman.” jawabku 


Rupanya si paman tak cakap berhitung, kalau begitu bagaimana dengan uang kembalian jika jumlah nominal uangnya lebih besar daripada harga belanja. Aku tak habis pikir, semoga saja banyak orang-orang yang jujur...

0 komentar:

 

Goresan Biasa Copyright © 2008 Black Brown Art Template designed by Ipiet's Blogger Template