Senin, 21 April 2008

PIA FE Unlam; Part Three


Rabu (16/4/o8) hari yang beda dari beberapa hari sebelumnya. Kali ini menempuh perjalanan 5 jam menuju lokasi yang dituju dengan menggunakan bis unlam FE. Namun, di sayangkan. Ternyata, lagi-lagi panitia tidak mengkonfirmasikan kepada kami, bahwa acaranya nginap satu malam dua hari. Tidak satupun yang saya bawa. Kecuali pakaian yang telah melekat di badan. Dalam hati berkata, anggaplah dua hari satu malam ini seperti musafir.

Apabila kita ingin pergi ke kota baru, maka sungai danaulah yang harus dilampaui. Kata orang kotabaru yang duduk disamping saya sekaligus teman seperjuangan di dalam pencarian ilmu perekonomian dan keperbankanan syari’ah. Siti jamilah, namanya. Saudari senasib, menjadi musafir dua hari satu malam juga. Perjalanan 5 jam itu, menjadi momentum saya untuk mendengarkan cerita-cerita dia. (Maaf, ini rahasia). Alam yang indah. Gunung. Jurang. Langit yang biru. Dan alunan musik melankolis yang dinyanyikan oleh gland fadly. Membuat suasana semakin sedih agak merana juga, apalagi teringat kakak di rumah, Hehe.

Di perjalanan. Hp pun berdering.

Assalamu’alaykum

Wa’alaykumsalam. Mama!

Lagi dimana?

Di perbatasan antara pelaihari dan bati-bati

Hati-hati. Mudah2an selamat sampai ketujuan

Amin.

Mama tersayang. Begitulah kalau menelpon sedikit bicaranya. Tapi kalau bicara, ya. Tetap seperti semula, tapi terkadang candanya luar biasa. Kangen mama. Lama sekali saya tak pulang ke rumah.

Pukul 12.15 wita sampailah kami ke satui sungai danau. Di sana terdapat pondokan yang berukuran 10x12 sebagai tempat pertemuan, kunjungan, dan lain-lain. di tempat itu pula kami disungguhi minum + snack. Di berikan workshop tentang perkenalan bahan tambang PT Arutmen indonesia dan ada sesi tanya jawab. 6o menit, kami di beri jatah untuk ishoma setelah itu berkeliling menuju pertambangan dengan bis yang telah disediakan oleh manajer2 Arutmen. Dari proses pengambilan/ pengerukan bahan tambang sampai menggiling dan di buat ke tampan setelah itu di bawa ke jepang. Proses yang menguras tenaga, tapi sesuailah dengan harganya. Mahal.

Pukul 16.3o Wita rombongan kembali ke pondokan. Sebagian mahasiswa yang terdiri dari panitia dan delegasi dari univ aceh, univ makasar, univ palangkaraya, Iain masing-masing sibuk dengan kegiatannya masing-masing, termasuk saya. Sayapun tak canggung-canggung, setelah mengerjakan shalat ashar, langsung menikmati alam dengan naik gunung dan pada akhirnya kehujanan. (pas, banget hobby hujan-hujanan) tapi, kegelisahpun menerpa. Menjadi musafir, itulah yang membuat saya gelisah.

Ba’da isya, ternyata bapak-bapak dari arutmen itu menjamu kami dengan materi, jagung dan musik organ tunggal. Akan tetapi lagu yang dibawakan bertemakan ke dangdutan, apa tidak ada lagu nasyid atau harakah? (Pertanyaan dalam hati). Membuat saya semakin tidak srek dan ngantuk. Untung di pondokan tersebut terdapat dua kamar. Saya dan siti jamilah tidak mendapat jatah untuk tidur diruang pondokan. Karena kepenuhan oleh mahasiswa, itupun ruangannya cuman diberi hijab kain untuk pemisah antara laki-laki dan perempuan ketika sedang tidur. Otomatis, mata-mata nakal itu suka dengan event yang beginian. Saya dan jamilah tidur di salah satu kamar tersebut. Allahu ma’i, Allahu syahidi, Allahu najrun ilayya. Alhamdulillah.

0 komentar:

 

Goresan Biasa Copyright © 2008 Black Brown Art Template designed by Ipiet's Blogger Template