Rabu, 04 Agustus 2010

Zaman Memandang Moral


Sering kita mendengar orang menyebutkan bahwa begitu banyak kejahatan itu dilakukan tanpa moral, pemerkosaan, penjualan anak, pencurian, bahkan pembunuhan, semuanya tanpa moral. Berbicara masalah moral, kita akan teringat dengan teman dekatnya yakni etika. Moral dan etika memang tak pernah dipisahkan. Seperti dua sisi mata uang.

Burhanuddin Salam dalam bukunya yang berjudul Etika Individual, telah menuliskan bahwa moral erat kaitannya dengan kesusilaan yang memuat ajaran tentang baik buruknya perbuatan dan kelakuan, sedangkan Etika adalah ilmu pengetahuan asas-asas moral. Disamping itu moral mempunyai hubungan langsung dengan bagaimana manusia harus berbuat dalam hidupnya sehari-harinya. Oleh karena itu ilmu moral langsung berhubungan dengan pelaksanaan perbuatan-perbuatan insani. Kesadaran moral itu sifatnya individual dan ukuran kesadarannya pun tidak sama. Menjadi bermoral itu dapat dicapai dengan jalan belajar atau mempelajarinya.

Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat baginya atau telah mendarah daging, itulah yang disebut moral. Dalam agama disebut akhlak. Akhlak/budi yang tumbuh dalam jiwa, bila telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan maka dinamakan pekerti. Jadi suatu akhlak/budi pekerti, pangkal penilaiannya adalah dari dalam jiwa, mulai ia masih menjadi angan, imaji, cita, niat hati, sampai ia lahir menjadi perbuatan nyata. Itulah moral, sebuah kata, namun apabila diaplikasikan dalam kehidupan, maka akan membawa dampak yang luar biasa dahsyatnya. Bukan dahsyat karena kehancurannya, melainkan karena kebaikan yang ditimbulkan.

Di jaman sekarang, moral sudah mengalami pergeseran. Baik dari segi makna atau pandangan manusia itu sendiri, yang jelas, moral sudah mengalami perubahan.

Moral zaman sekarang sudah bisa dicocok-cocokan dengan lingkungan sekitar. Moral tidak lagi tergantung pada baik tidaknya suatu perbuatan, melainkan setuju tidaknya lingkungan terhadap perbuatan itu. Jika lingkungan setuju, maka merupakan kebaikan. Tapi sebaliknya, jika lingkungan menganggap itu buruk, meskipun sebenarnya baik, maka tetap dianggap buruk. Artinya, moral diukur dengan standar zaman/lingkungan. Namun, ketika kita melihat moral dengan standar agama, yakni berpegang dengan Al-Qur’an dan Al Hadis sebagai pedoman hidup.

Begitu pula dengan pemuda Indonesia. Banyak orang yang mengatakan bahwa pemuda Indonesia sekarang mengalami kemunduran atau dekadensi moral. Baik itu moral terhadap orang tua, yang lebih muda, moral terhadap guru, moral terhadap sesama muslim, moral terhadap umat yang beda agama, maupun moral terhadap lingkungan.

Padahal pemuda yang akan megang tongkat estafet bangsa depan ini. Tapi, apabila pemudanya brengsek, tidak bisa diajak bersaing, gaptek, gagu bahasa dunia, bahkan yang paling parah hanya bisa nongkrong di jalan-jalan, atau di gang-gang tempat tinggalnya sambil nyuitin cewek-cewek yang lewat, maka akan bobroklah masa depan bangsa ini.

Namun, akan berbeda hasilnya jika pemuda Indonesia berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Al Hadis. Berusaha menjadi manusia yang taat pada TuhanNya. Melaksanakan yang diperintahkan Allah dan meninggalkan apa yang dilarangNya. Bukankah agama hanya menginginkan kebaikan bagi seluruh insan yang menganutnya?

Akar dari seluruh permasalahan dekadensi moral bangsa ini adalah bahwa kita tidak mengamalkan secara benar ajaran agama kita. Kalau kita perbaiki semuanya pastilah ia akan kembali normal. Masalahnya sekarang bahwa merubah sesuatu, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Tapi, tidak akan sulit kalau kita mau merubahnya secara bersungguh-sungguh, yakni memulainya dari diri kita sendiri, seperti apa yang selalu dikoar-koarkan Aa Gym.

Kebobrokkan moral bangsa sebenarnya bukan hanya tanggungjawab pemuda-pemudi semata. Tetapi juga tangggung jawab semua pihak terkait, orang tua, masyarakat, dan pemerintah. Marilah kita bersama-sama memperbaiki moral bangsa ini dengan niat kesungguhan yang datang dari hati nurani. Semata-mata hanya menginginkan bangsa kita kembali bangkit dari kekrisisan yang merajalela dengan mengharapkan ridho dari Allah swt. Berdo’a setulus hati, semoga Allah selalu menyemaikan kedamaian di hati kita semua.

Ditulis oleh Jumiati dan Ika Salawiska
Dimuat dalam harian Radarbanjarmasin, selasa (5/1/10)

0 komentar:

 

Goresan Biasa Copyright © 2008 Black Brown Art Template designed by Ipiet's Blogger Template