Senin, 29 Oktober 2012

Like Son Like Father (kisah Umar Bin Abdul Aziz Dan Puteranya Abdul Malik bagian I)



Saat itu matahari mulai tegak menyinari bumi, tiba-tiba Umar bin Abdul Azis mendengar suara gemuruh tanah di sekitarnya, sedang tangannya belum bersih dari mengebumikan jenazah khalifah Sulaiman bin Abdul Malik. Umar bin Abdul Azis pun terkejut, “ada apa ini?” tanya Umar.

“ini adalah kendaraan-kendaraan khilafah wahai amirul mukminin, yang disiapkan untuk anda” jawab prajurit.

“apa urusanku dengan kendaraan ini?” kata Umar dengan memandang sebelah mata dan suara terputus-putus karena lelah serta rasa kantuk yang hebat setelah semalam tidak tidur. “Jauhkan dariku, semoga Allah memberkahi kalian. Dekatkan saja bighal milikku, karena itu cukup bagiku" lanjut Umar.

Namun, belum sempat Umar meluruskan posisi punggungnya di atas bighal, tiba-tiba datang seorang komandan prajurit yang berjalan mengawal di depannya beserta beberapa pasukan yang berjalan berbaris di kanan dan kirinya, sedang di tangan mereka menggenggam tombak yang berkilau.

"Aku tidak membutuhkan kalian. Aku hanyalah orang biasa dari kaum muslimin, berjalan sebagaimana mereka berjalan.” Kata Umar kepada komndan.


Kemudian Umarpun berjalan dan orang-orangpun berjalan hingga sampai ke masjid, lalu dikumandangkanlah adzan serta seruan "shalat jama'ah.. shalat jama'ah.. " Lalu manusia, memenuhi setiap sisi di dalam masjid.

Setelah manusia berkumpul, Umar bin Abdul Aziz naik mimbar dan berkhotbah. Beliau memuji Allah dan menyanjung-Nya lalu mengucapkan shalawat atas Nabi kemudian berkata: "Wahai manusia, sesungguhnya aku telah mendapat musibah dengan urusan ini (yakni diangkatnya beliau sebagai khalifah), tanpa pertimbangan dariku, tanpa aku memintanya, tanpa musyawarah di antara kaum muslimin, maka aku lepaskan bai'at yang melilit leher kalian dariku.. lalu silahkan kalian memilih pemimpin lagi yang kalian ridhai."

Maka manusia berteriak dengan satu suara "Kami memilih Anda wahai amirul mukminin dan kami ridha kepada Anda. Kami serahkan urusan kami dengan harapan keberuntungan dan keberkahan."

Kala itu, ketika ia melihat suara-suara mulai tenang dan hatipun mulai tertata, Umarpun bertahmid kepada Allah untuk kesekian kalinya dan mengucapkan shalawat atas Nabi Muhammad sebagai hamba dan utusan-Nya. Beliau menganjurkan manusia untuk senantiasa bertakwa kepada Allah, zuhud di dunia, berharap kenikmatan akhirat serta mengingatkan kepada mereka tentang kematian. Hingga sanggup melunakkan hati yang keras dan meneteskan air mata orang yang sadar akan dosanya.

Begitulah nasihat yang keluar dari hati akan sampai di hati orang yang mendengarnya..

Umarpun mengeraskan suara agar semua orang mendengarnya "Wahai manusia, barangsiapa yang taat kepada Allah maka wajib untuk ditaati dan barangsiapa yang memerintahkan maksiat maka tiada ketaatan kepadanya siapapun dia. Wahai manusia, taatilah aku selagi aku mentaati Allah dalam memerintah kalian. Namun jika aku bermaksiat kepada Allah, maka tiada kewajiban sedikitpun bagi kalian untuk mentaatiku."

Karena sangat kelelahan Umarpun turun dari mimbar dan beranjak menuju rumahnya dan masuk ke dalam kamarnya. Ia ingin sekali istirahat sejenak setelah menguras tenaganya karena banyaknya kesibukan pasca wafatnya khalifah sebelumnya.

Akan tetapi, belum lagi lurus punggungnya di tempat tidur, tiba-tiba datanglah puteranya yang bernama Abdul Malik yang saat itu berusia 17 tahun.

 "Apa yang ingin Anda lakukan wahai amirul mukminin?" tanya Abdul Malik kepada ayahnya.

"Wahai anakku, aku ingin memejamkan mata barang sejenak karena sudah tak ada lagi tenaga yang tersisa,"  jawab Umar

"Apakah Anda akan tidur sebelum mengembalikan hak orang-orang yang dizhalimi wahai amirul mukminin?"

"Wahai anakku, aku telah begadang semalaman untuk mengurus pemakaman pamanmu Sulaiman, nanti jika telah datang waktu dhuhur aku akan shalat bersama manusia dan akan aku kembalikan hak orang-orang yang dizhalimi kepada pemiliknya, insya Allah."

"Siapa yang menjamin bahwa Anda masih hidup hingga datang waktu dzuhur wahai amirul mukminin?" tanya Abdul Malik dengan mantab.

Kata-kata ini telah menggugah semangat Umar, sehingga hilanglah rasa kantuknya, kembalilah semua kekuatan dan tekad pada jasadnya telah lelah.

"Mendekatlah engkau nak!" kata Umar.

Lalu mendekatlah Abdul Malik. Kemudian Umar merangkul dan mencium keningnya sembari mengatakan "Segala puji bagi Allah yang telah mengeluarkan dari tulang sulbiku seorang anak yang dapat membantu melaksanakan agamaku."

Kemudian beliau bangun dan memerintahkan untuk menyeru kepada manusia "Barangsiapa yang merasa dizhalimi hendaklah segera melapor."

Sumber: http://kisahislam.com

0 komentar:

 

Goresan Biasa Copyright © 2008 Black Brown Art Template designed by Ipiet's Blogger Template